Cetak Halaman Ini
Karya Dhede Rasacapuccino
#16.30
dikamar..
rinai hujan basahi ilalang,suara gemricik airnya jatuh di atap genting rumahku dan terdengar sendu.aroma tanah basah pun tercium segar diguyur rintik hujan.buliran buliran kecilnya sesekali merambas jatuh di hadapan kaca jendela hingga membuatnya mengembun.jari telunjukku memainkan uap uap yang menempel dikaca jendela,mengurutkan kata demi kata,mengumpulkan semua imajinasi yang ada sehingga membentuk satu nama yang indah diselingi gambar hati.
"RAKA. ." :)
ahh apa'an sih aku ini ! terlalu mendramatisir ! ngga usah terlalu banyak mikirin dia, apalagi punya perasa'an yang salah.CINTA? tidak tidak ! tidak boleh dan tidak mungkin ! hubungan kami ini hanya sebatas persahabatan. tidak lebih dan tidak kurang.mikir apa sih aku inih ! semoga perasa'anku salah Ya Allah..
sore itu aku duduk didekat jendela kamar sambil bertopang dagu dan menyruput segelas coffe capuccino favoritku.
sejenak ingatanku terbang jauh ke masa 12th silam lalu,tepatnya pada masa Taman Kanak Kanak.
aku masih ingat benar waktu tukang becak antar jemput kami,maksudnya aku dan raka.ya waktu tukang beca antar jemput kami datang terlalu pagi,sehingga suasana TKpun masih hening yang ada hanya penjaga sekolah, bibi penjaga warung,aku dan Raka.
kami berduapun duduk memainkan kaki diatas ayunan,dan akupun berkosakata..
"aka. .aka. .ayah dan bundaku ko menikah ya?gmana clitanya ya aka?"
"ayah dan ibuku juga begitu,meleka hidup bahagia sekalang"balas Raka.
"aka. .aku mau menikah nanti, aku pngen kaia ayah dan bunda, aku pengen pake gaun pengantin, aku pengen bawa bunga bunga yang biasa aku petikin di halaman lumah, aku pengen jadi putli kaia di dongeng dongeng aka. ."
"yaudah ental kamu nikahnya sama aku ya,ental aku akan bahagiain kamu,aku akan jadiin kamu cindelela dan kita hidup bahagia selama lama lamanya"
"aku mau aka. .aku mau :)" jawabku polos. .
tiba tiba terdengar suara ketukan pintu ,pasti itu bunda.ah bunda,membuyarkan imajinasiku saja. baiklah nanti pasti akan kucritakan kembali teman.. :)
bersambung..
#16.30
dikamar..
rinai hujan basahi ilalang,suara gemricik airnya jatuh di atap genting rumahku dan terdengar sendu.aroma tanah basah pun tercium segar diguyur rintik hujan.buliran buliran kecilnya sesekali merambas jatuh di hadapan kaca jendela hingga membuatnya mengembun.jari telunjukku memainkan uap uap yang menempel dikaca jendela,mengurutkan kata demi kata,mengumpulkan semua imajinasi yang ada sehingga membentuk satu nama yang indah diselingi gambar hati.
"RAKA. ." :)
ahh apa'an sih aku ini ! terlalu mendramatisir ! ngga usah terlalu banyak mikirin dia, apalagi punya perasa'an yang salah.CINTA? tidak tidak ! tidak boleh dan tidak mungkin ! hubungan kami ini hanya sebatas persahabatan. tidak lebih dan tidak kurang.mikir apa sih aku inih ! semoga perasa'anku salah Ya Allah..
sore itu aku duduk didekat jendela kamar sambil bertopang dagu dan menyruput segelas coffe capuccino favoritku.
sejenak ingatanku terbang jauh ke masa 12th silam lalu,tepatnya pada masa Taman Kanak Kanak.
aku masih ingat benar waktu tukang becak antar jemput kami,maksudnya aku dan raka.ya waktu tukang beca antar jemput kami datang terlalu pagi,sehingga suasana TKpun masih hening yang ada hanya penjaga sekolah, bibi penjaga warung,aku dan Raka.
kami berduapun duduk memainkan kaki diatas ayunan,dan akupun berkosakata..
"aka. .aka. .ayah dan bundaku ko menikah ya?gmana clitanya ya aka?"
"ayah dan ibuku juga begitu,meleka hidup bahagia sekalang"balas Raka.
"aka. .aku mau menikah nanti, aku pngen kaia ayah dan bunda, aku pengen pake gaun pengantin, aku pengen bawa bunga bunga yang biasa aku petikin di halaman lumah, aku pengen jadi putli kaia di dongeng dongeng aka. ."
"yaudah ental kamu nikahnya sama aku ya,ental aku akan bahagiain kamu,aku akan jadiin kamu cindelela dan kita hidup bahagia selama lama lamanya"
"aku mau aka. .aku mau :)" jawabku polos. .
tiba tiba terdengar suara ketukan pintu ,pasti itu bunda.ah bunda,membuyarkan imajinasiku saja. baiklah nanti pasti akan kucritakan kembali teman.. :)
bersambung..
0 komentar:
Posting Komentar